Kamis, 13 Oktober 2016

Aku Menulis, Maka Aku Ada


Oleh: Yusrul Wafa

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi kalau dia tidak menulis, dia akan hilang dari peradapan” Pramoedya Ananta Toer

Inilah penggalan pernyataan penulis terkenal Indonesia yang karya-karyanya sudah di dunia, saya kira maksud dari tulisan tersebut ialah seseorang boleh pintar, cerdas setinggi-tingginya, tetapi bila ia tidak menulis maka dia akan hilang di telan zaman. Karena ia tidak meninggalkan bekas/karya yang nantinya dikaji atau diketaui oleh generasi selanjutnya.

Mengawali tulisan saya tentang tema yang diangkat LPM PARADIGMA “Mengapa Saya Menulis?” Saya mengambil judul “Aku Menulis, Maka Aku Ada” Sengaja saya mengambil judul itu untuk membuktikan kepada semua orang bahwa lewat tulisan atau karya, saya diakui keberadaanya. Tidak termarjinalkan oleh kaum elit.

Menulis pada dasarnya kegiatan yang sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua orang. namun hanya sedikit orang yang mau melakukan kegiatan menulis yang sistematis dan konsisiten ini. karena memang kegiatan menulis butuh kemauan dan pengetahuan yang cukup. Seseorang akan mudah menulis kalau dia mempunyai keinginan menulis dan pengetahuan yang cukup. sehingga ketika ia akan menulis, dalam benaknya sudah tertanam ide-ide apa yang akan ia tuangkan dalam sebuah karya tulis.

Pertama kali saya tertarik dalam dunia tulis menulis itu sejak kelas IX MTs, setelah mengikuti kegiatan Training Pers Jurnalistik yang diadakan oleh Pengurus Osis sekolahan saya dulu. Saya masih ingat pemateri yang memberikan pesan kepadaku waktu itu, kurang lebih bunyinya seperti ini.

“Kalau kamu bukan anak orang kaya, bukan anak raja, priai, maka menulislah” Imam Al-Ghozali

Dari ucapan pemateri itulah waktu itu saya mulai seperti mendapat anugrah dari Allah untuk menggeluti dunia tulis menulis. Karena apa? sebuah makholah dari Imam Al-Ghozali itu hampir mirip seperti yang saya alami. Saya bukan anak orang kaya, bukan anak priai, raja, dsb. Saya Cuma anak buruh tani yang sehari-harinya berkutat pada sawah dan sawah.

Sejak usai mengikuti kegiatan itulah saya lebih suka membaca dan menulis, terutama membaca tulisan-tulisan para tokoh-tokoh terkenal Indonesia, dan juga sedikit-sedikit menulis. Namun satu tokoh yang menjadi idola saya menulis dan inspirasi saya ialah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saya banyak membaca tulisan-tulisannya lewat media online maupun buku tentangnya. Tulisan Beliau yang saya suka yakni berjudul “Pribumisasi Islam”.

Dari Gus Dur saya banyak belajar arti kehidupan. saya kira Gus Dur dikenal oleh banyak kalangan karena peran dan pemikiran-pemikirannya yang luar biasa. Dan pemikiran-pemikirannya itu ia tuangkan dalam bentuk tulisan dan lisan. sehingga gagasan-gagasannya mudah ketahui oleh khlayak ramai.

Dari situlah, saya berkeinginan untuk menulis seperti apa yang beliau lakukan. Saya juga ingin meneruskan pemikiran-pemikirannya tentang kemanusia, demokrasi, dan pluralisme. Meskipun Gus Dur sudah meninggal tahun 2009 silam, tapi nama beliau tetap eksis hingga sekarang. Bahkan setiap tahunnya di seantero Indonesia banyak yang memperingati haulnya. Ini menunjukkan jasa-jasa beliau sangat banyak untuk bangsa Indonesia, sehingga ia dikenang dan dicintai semua kalangan.

Karya-karya beliau juga banyak menjadi rujukan oleh beberapa kalangan untuk dijadikan bahan membuat buku; untuk diskusi dan sebagainya. Dan saya kira, lewat tulisanlah Gus Dur akhinya dikenal dunia dan karya-karyanya menjadi api kehidupan Gus Dur hingga sekarang, meskipun beliau sudah wafat enam tahun silam. Namun beliau seolah-olah masih hidup di tengah masyarakat, karena tulisan-tulisannya yang masih dikaji hingga sekarang.

Itulah yang mengilhami penulis untuk menulis esai sederhana ini “Aku Menulis, Maka Aku Ada” kita akan merasa hidup meskipun kita sudah meninggal dunia; nama kita akan tetap harum meskipun kita sudah tiada; dan karya-karya kita nantinya akan bisa menjadi amal sholih ketika kita sudah tiada. Seperti sebuah hadits mengatakan:

“Apabila anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya”. HR. Muslim.

Dari Hadits di atas, penulis berpandangan bahwa, seseorang yang memiliki karya-karya yang masih dikaji hingga sekarang, meskipun orangnya sudah meninggal dunia. maka seseorang tersebut mendapat amal salih dari ‘ilmu yang dimanfaatkan’ yang disebutkan hadits di atas.

Disamping itu, melalui tulisan dan karya-karya, kita bisa menunjukkan eksistensi kita dihadapan orang banyak. Sehingga kiprah kita dihadapan orang banyak diakui keberadaanya. Apalagi kita sebagai mahasiswa yang memang hampir setiap hari berkutat pada tugas dan tugas. Terlebih lagi tugas tersebut kebanyakan soal bidang tulis menulis. maka sudah sayogyanya kita sebagai mahasiswa harus pandai dalam dunia tulis menulis. Karena untuk mendapatkan gelar sarjana kelak, kita juga harus menulis skripsi untuk menjadi syarat lulus strata satu di perguruan tinggi.

Apabila kita sudah terbiasa menulis dari sekarang, maka kita akan lebih mudah membuat tugas maupun skripsi dikemudian hari. Tidak hanya itu saja, kita juga bisa memanfaatkan banyak peluang untuk memperoleh finansial, nama besar, dll.

Kita sebagai mahasiswa bisa menulis gagasan-gagasan yang kita miliki dalam bentuk tulisan, kita bisa kirim ke media online, cetak dsb. Seperti Majalah, Jurnal, Koran, web, dll. Apabila kita sering menulis di media-media tersebut kita akan dikenal oleh public dan diakui keberadaanya. Inilah yang penulis maksud “Aku Menulis, Maka Aku Ada” disamping mendapat nama besar, kita juga bisa mendapatkan finansial dari karya-karya kita yang dimuat di media online maupun cetak.

Itulah sedikit esai penulis yang masih amatiran ini, semoga esai ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun orang lain. Dan penulis minta maaf apabila ada salah kata atau penulisan yang masih salah. Karena manusia memang tidak luput dari salah maupun khilaf. Penulis juga minta kritikan untuk dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan penulisan. Terima kasih sudah membaca tulisan ini. salam.

Penulis Merupakan Peneliti Paradigma Institute Kudus

Tidak ada komentar:
Write komentar

/ / Aku Menulis, Maka Aku Ada


Oleh: Yusrul Wafa

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi kalau dia tidak menulis, dia akan hilang dari peradapan” Pramoedya Ananta Toer

Inilah penggalan pernyataan penulis terkenal Indonesia yang karya-karyanya sudah di dunia, saya kira maksud dari tulisan tersebut ialah seseorang boleh pintar, cerdas setinggi-tingginya, tetapi bila ia tidak menulis maka dia akan hilang di telan zaman. Karena ia tidak meninggalkan bekas/karya yang nantinya dikaji atau diketaui oleh generasi selanjutnya.

Mengawali tulisan saya tentang tema yang diangkat LPM PARADIGMA “Mengapa Saya Menulis?” Saya mengambil judul “Aku Menulis, Maka Aku Ada” Sengaja saya mengambil judul itu untuk membuktikan kepada semua orang bahwa lewat tulisan atau karya, saya diakui keberadaanya. Tidak termarjinalkan oleh kaum elit.

Menulis pada dasarnya kegiatan yang sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua orang. namun hanya sedikit orang yang mau melakukan kegiatan menulis yang sistematis dan konsisiten ini. karena memang kegiatan menulis butuh kemauan dan pengetahuan yang cukup. Seseorang akan mudah menulis kalau dia mempunyai keinginan menulis dan pengetahuan yang cukup. sehingga ketika ia akan menulis, dalam benaknya sudah tertanam ide-ide apa yang akan ia tuangkan dalam sebuah karya tulis.

Pertama kali saya tertarik dalam dunia tulis menulis itu sejak kelas IX MTs, setelah mengikuti kegiatan Training Pers Jurnalistik yang diadakan oleh Pengurus Osis sekolahan saya dulu. Saya masih ingat pemateri yang memberikan pesan kepadaku waktu itu, kurang lebih bunyinya seperti ini.

“Kalau kamu bukan anak orang kaya, bukan anak raja, priai, maka menulislah” Imam Al-Ghozali

Dari ucapan pemateri itulah waktu itu saya mulai seperti mendapat anugrah dari Allah untuk menggeluti dunia tulis menulis. Karena apa? sebuah makholah dari Imam Al-Ghozali itu hampir mirip seperti yang saya alami. Saya bukan anak orang kaya, bukan anak priai, raja, dsb. Saya Cuma anak buruh tani yang sehari-harinya berkutat pada sawah dan sawah.

Sejak usai mengikuti kegiatan itulah saya lebih suka membaca dan menulis, terutama membaca tulisan-tulisan para tokoh-tokoh terkenal Indonesia, dan juga sedikit-sedikit menulis. Namun satu tokoh yang menjadi idola saya menulis dan inspirasi saya ialah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saya banyak membaca tulisan-tulisannya lewat media online maupun buku tentangnya. Tulisan Beliau yang saya suka yakni berjudul “Pribumisasi Islam”.

Dari Gus Dur saya banyak belajar arti kehidupan. saya kira Gus Dur dikenal oleh banyak kalangan karena peran dan pemikiran-pemikirannya yang luar biasa. Dan pemikiran-pemikirannya itu ia tuangkan dalam bentuk tulisan dan lisan. sehingga gagasan-gagasannya mudah ketahui oleh khlayak ramai.

Dari situlah, saya berkeinginan untuk menulis seperti apa yang beliau lakukan. Saya juga ingin meneruskan pemikiran-pemikirannya tentang kemanusia, demokrasi, dan pluralisme. Meskipun Gus Dur sudah meninggal tahun 2009 silam, tapi nama beliau tetap eksis hingga sekarang. Bahkan setiap tahunnya di seantero Indonesia banyak yang memperingati haulnya. Ini menunjukkan jasa-jasa beliau sangat banyak untuk bangsa Indonesia, sehingga ia dikenang dan dicintai semua kalangan.

Karya-karya beliau juga banyak menjadi rujukan oleh beberapa kalangan untuk dijadikan bahan membuat buku; untuk diskusi dan sebagainya. Dan saya kira, lewat tulisanlah Gus Dur akhinya dikenal dunia dan karya-karyanya menjadi api kehidupan Gus Dur hingga sekarang, meskipun beliau sudah wafat enam tahun silam. Namun beliau seolah-olah masih hidup di tengah masyarakat, karena tulisan-tulisannya yang masih dikaji hingga sekarang.

Itulah yang mengilhami penulis untuk menulis esai sederhana ini “Aku Menulis, Maka Aku Ada” kita akan merasa hidup meskipun kita sudah meninggal dunia; nama kita akan tetap harum meskipun kita sudah tiada; dan karya-karya kita nantinya akan bisa menjadi amal sholih ketika kita sudah tiada. Seperti sebuah hadits mengatakan:

“Apabila anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya”. HR. Muslim.

Dari Hadits di atas, penulis berpandangan bahwa, seseorang yang memiliki karya-karya yang masih dikaji hingga sekarang, meskipun orangnya sudah meninggal dunia. maka seseorang tersebut mendapat amal salih dari ‘ilmu yang dimanfaatkan’ yang disebutkan hadits di atas.

Disamping itu, melalui tulisan dan karya-karya, kita bisa menunjukkan eksistensi kita dihadapan orang banyak. Sehingga kiprah kita dihadapan orang banyak diakui keberadaanya. Apalagi kita sebagai mahasiswa yang memang hampir setiap hari berkutat pada tugas dan tugas. Terlebih lagi tugas tersebut kebanyakan soal bidang tulis menulis. maka sudah sayogyanya kita sebagai mahasiswa harus pandai dalam dunia tulis menulis. Karena untuk mendapatkan gelar sarjana kelak, kita juga harus menulis skripsi untuk menjadi syarat lulus strata satu di perguruan tinggi.

Apabila kita sudah terbiasa menulis dari sekarang, maka kita akan lebih mudah membuat tugas maupun skripsi dikemudian hari. Tidak hanya itu saja, kita juga bisa memanfaatkan banyak peluang untuk memperoleh finansial, nama besar, dll.

Kita sebagai mahasiswa bisa menulis gagasan-gagasan yang kita miliki dalam bentuk tulisan, kita bisa kirim ke media online, cetak dsb. Seperti Majalah, Jurnal, Koran, web, dll. Apabila kita sering menulis di media-media tersebut kita akan dikenal oleh public dan diakui keberadaanya. Inilah yang penulis maksud “Aku Menulis, Maka Aku Ada” disamping mendapat nama besar, kita juga bisa mendapatkan finansial dari karya-karya kita yang dimuat di media online maupun cetak.

Itulah sedikit esai penulis yang masih amatiran ini, semoga esai ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun orang lain. Dan penulis minta maaf apabila ada salah kata atau penulisan yang masih salah. Karena manusia memang tidak luput dari salah maupun khilaf. Penulis juga minta kritikan untuk dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan penulisan. Terima kasih sudah membaca tulisan ini. salam.

Penulis Merupakan Peneliti Paradigma Institute Kudus

«
Next

Posting Lebih Baru

»
Previous

Posting Lama

About sekitar muria

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

Tidak ada komentar :

Leave a Reply