Selasa, 21 Februari 2017

Dampak Gawai Bagi Pelajar


JAKARTA – Tidak semua orang bisa memanfaatkan gawai secara positif. Gawai di tangan para pelajar justru menjadi masalah yang serius. Tugas utama belajar yang seharusnya dilakukan pelajar, justru mulai ditinggalkan.

“Lebih sering belajar lewat gawai, daripada lewat buku,” kata Maya (13) siswi SMP 134 Jakarta pada sabtu (18/2). Warga Kedoya Kebun Jeruk Jakarta Barat ini mengaku sehari-hari sering menggunakan waktunya untuk bermain Gawai daripada belajar.

Berdasarkan data yang didapatkan reporter di daerah Kebun Jeruk, Jakarta Barat. para pelajar lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain gawai daripada untuk belajar maupun kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Hal ini dikeluhkan oleh sebagian orang tua di daerah setempat.

Ilham (35), salah seorang warga Kedoya, Kebun Jeruk mengaku prihatin melihat para pelajar sekarang yang lebih suka menggunakan gawai daripada buku bacaan. “Para pelajar menggunakan gawai hanya untuk kesenangan sesaat,” katanya. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Vera (37), seorang ibu rumah tangga yang memiliki putri yang masih duduk di kelas 4 SD. “Iya itu anak saya lebih suka main gawai, dibanding belajar. Ketika saya suruh, dia sering membantah,” keluhnya.

Sementara itu Wakil Ketua Umum PC IPNU Jakarta Selatan M Adam Syah (20) mengkui hal sama, menurutnya kebebasan para pelajar dalam mengakses gawai bisa menimbulkan hal negatif. “Bisa mengakses situs-situs yang bisa dilarang agama maupun Keminfo,” tuturnya. Alifia (14), siswi kelas IX SMP 191 Jakarta juga berpendapat yang sama. Menurutnya banyak prestasi teman-teman kelasnya yang menurun akibat dari terlalu intensifnya bermain smartphone. “Banyak yang nilainya turun, termasuk saya juga,” katanya pada Jumat (17/2).

Tidak hanya itu, dampak gawai juga menimbulkan kesenjangan sosial di kalangan para pelajar. hal ini diungkapkan Salma (12) siswi kelas VI SDN 04 Kedoya. “Kita terkadang main HP sendiri-sendiri saat sedang kumpul dengan teman-teman,” ujarnya. Elma (14) juga mengakui hal yang sama. “Karena keasyikan main HP, jadi kita jarang ngobrol sama teman,” terang siswi kelas VIII SMP 191 Jakarta.

Untuk meminimalisir kejadian tersebut, para narasumber di atas berharap para pelajar ada pengawasan dari pihak orang tua maupun pendidik dalam menggunakan smartphone. Disamping itu perlu juga ada batasan tertentu pelajar boleh menggunakan smartphone miliknya. Sehingga dampak-dampak negatif tersebut bisa dicegah maupun diminimalisir sejak awal. (aa)

Kamis, 13 Oktober 2016

Hadirilah Pengajian Umum Bersama KH Anwar Zahid Bojonegoro


KUDUS – Dalam rangka khoul mbah Kerto Joyo Kusumo Hadiningrat (Mbah Brengos), besok hari Sabtu malam (18/10/16) akan diselenggarakan pengajian umum di Desa Setro Kalangan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Jawa Tengah.

Pada kesempatan itu insya’allah akan dihadiri oleh penceramah dari bojonegoro yaitu, KH Anwar Zahid, selain itu juga insya’allah dihadiri Asfal Maula (Gus Apang) dan diiringi rebana Al-Muhibbin. Acara insya’allah dimulai bakdal isya’.

Tampilkan Konsep Baru, UKM Pramuka Sukses Hibur Mahasiswa Baru


KUDUS – Tidak seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, Unik Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Racana STAIN Kudus tahun ini menampilkan suguhan yang menarik dalam Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK) 2016 pada selasa siang (16/8) di Gor STAIN Kudus, Jawa Tengah.

Hal ini diilhami oleh Ibnu Suaib salah satu mahasiswa baru STAIN Kudus. “Sangat menarik, karena saya dari dulu memang backgroundnya sejak di sekolah mengikuti pramuka,” ujar mahasiswa asal Kabupaten Demak ini.

Lebih lanjut mahasiswa jurusan tarbiyyah ini mengaku sangat senang setelah penampilan dari kegiatan UKM Pramuka. Karena bisa mengobati rasa jenuh setelah seharian mendengarkan pengenalan dari beberapa UKM.

“Masalahnya kan tadi kelihatan temen-temen semunya lemas, lelah. terus ada gairah kembali setelah kakak-kakak dari pramuka mengajak bernyanyi,” ujar alumnus SMA Islam Raudlatut Tholibin Demak.

Tak berbeda jauh dengan pernyataan Ibnu Suaib, Nova khoirotun Nisa’ juga cukup merasa terhibur dengan penampilan UKM Pramuka. Namun menurut nova hiburan dari UKM Pramuka tadi terlalu lama. “Ya memberi semangat juga, tapi ada juga yang membosankan. Karena waktunya terlalu lama,” Ujar Mahasiswi Jurusan Ushuludhin ini.

Sementara itu, M Luthfi salah satu anggota UKM Pramuka menjelaskan penampilan dari UKM Pramuka tadi merupakan perpaduan konsep dari bebebrapa ide dari anggota dan pengurus UKM Pramuka. “Konsep itu aslinya ada banyak, tapi akhirnya bisa dijadikan satu,” Ujar Mahasiwa Jurusan Tarbiyyah ini.

Lebih lanjut Mahasiswa Sementer lima ini mengaku, penampilan UKM Pramuka ini merupakan penampilan yang baru, yang belum pernah disajikan oleh sebelumnya. “Penampilan tadi adalah sebuah persembahan yang unik, yang mana sebelumnya belum pernah disuguhkan oleh UKM Pramuka,” Ujar Anggota Brigadir Khusus ini.

Luthfi mengaku, tahun yang akan datang penampilan dari UKM Pramuka akan mencoba dengan penampilan yang baru lagi. “Mungkin tahun depan, penampilan UKK dari kami akan semakin unik lagi. Karena tadi memang terbatas oleh waktu,” jelasnya.

Saat disinggung mengenai tujuan dari penampilan unik yang ditampilkan sebelum menaiki panggung dan saat mengajak mahasiswa baru menyanyi dan senam bersama tersebut, luthfi mengaku merupakan bentuk kreatifitas dari pihaknya untuk membuat mahasiswa baru tertarik. “Tujuan pertama adalah memang untuk menarik perhatian peserta, yang kedua memang konsep itu belum pernah ada, dan alhamdulillah tadi pecah (sukses, red),” tandasnya.

Lahan Parkir Kurang, Mahasiswa STAIN Kudus Parkir Sembarangan


KUDUS – Seiring dengan bertambahnya mahasiswa setiap tahunnya membuat lahan parkir di Kampus Sekolah Tnggi Agama Islam Negeri Kudus menjadi berkurang. Hal ini dibenarkan oleh salah satu petugas keamanan kampus setempat.

“Ya, memang perlu adanya tempat parkir yang memadai, biar tertata dengan rapi” katanya pada sabtu (19/3/2016) di Kampus STAIN Kudus.

Petugas keamanan yang enggan disebutkan namanya ini membenarkan jika memang banyak yang melanggar aturan parkir.

“Mau gimana lagi, memang tidak adanya lahan, ya parkirnya di jalan yang seharusnya bukan tempat parkir,” ungkapnya.

Menurutnya, setiap hari senin sampai jumuah parkir di kampus STAIN Kudus selalu ramai. “Setiap hari ramai terus parkirnya, meskipun hari kamis dan jumu’ah ada mahasiswa non-reguler,” terangnya.

Saat ditanya soal mahasiswa yang sering melanggar peraturan. Ia mengaku kesal dengan ulah mahasiswa yang sering lupa mengambil kontak motornya. “Setiap hari pasti ada” tegasnya.

Aku Menulis, Maka Aku Ada


Oleh: Yusrul Wafa

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi kalau dia tidak menulis, dia akan hilang dari peradapan” Pramoedya Ananta Toer

Inilah penggalan pernyataan penulis terkenal Indonesia yang karya-karyanya sudah di dunia, saya kira maksud dari tulisan tersebut ialah seseorang boleh pintar, cerdas setinggi-tingginya, tetapi bila ia tidak menulis maka dia akan hilang di telan zaman. Karena ia tidak meninggalkan bekas/karya yang nantinya dikaji atau diketaui oleh generasi selanjutnya.

Mengawali tulisan saya tentang tema yang diangkat LPM PARADIGMA “Mengapa Saya Menulis?” Saya mengambil judul “Aku Menulis, Maka Aku Ada” Sengaja saya mengambil judul itu untuk membuktikan kepada semua orang bahwa lewat tulisan atau karya, saya diakui keberadaanya. Tidak termarjinalkan oleh kaum elit.

Menulis pada dasarnya kegiatan yang sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua orang. namun hanya sedikit orang yang mau melakukan kegiatan menulis yang sistematis dan konsisiten ini. karena memang kegiatan menulis butuh kemauan dan pengetahuan yang cukup. Seseorang akan mudah menulis kalau dia mempunyai keinginan menulis dan pengetahuan yang cukup. sehingga ketika ia akan menulis, dalam benaknya sudah tertanam ide-ide apa yang akan ia tuangkan dalam sebuah karya tulis.

Pertama kali saya tertarik dalam dunia tulis menulis itu sejak kelas IX MTs, setelah mengikuti kegiatan Training Pers Jurnalistik yang diadakan oleh Pengurus Osis sekolahan saya dulu. Saya masih ingat pemateri yang memberikan pesan kepadaku waktu itu, kurang lebih bunyinya seperti ini.

“Kalau kamu bukan anak orang kaya, bukan anak raja, priai, maka menulislah” Imam Al-Ghozali

Dari ucapan pemateri itulah waktu itu saya mulai seperti mendapat anugrah dari Allah untuk menggeluti dunia tulis menulis. Karena apa? sebuah makholah dari Imam Al-Ghozali itu hampir mirip seperti yang saya alami. Saya bukan anak orang kaya, bukan anak priai, raja, dsb. Saya Cuma anak buruh tani yang sehari-harinya berkutat pada sawah dan sawah.

Sejak usai mengikuti kegiatan itulah saya lebih suka membaca dan menulis, terutama membaca tulisan-tulisan para tokoh-tokoh terkenal Indonesia, dan juga sedikit-sedikit menulis. Namun satu tokoh yang menjadi idola saya menulis dan inspirasi saya ialah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saya banyak membaca tulisan-tulisannya lewat media online maupun buku tentangnya. Tulisan Beliau yang saya suka yakni berjudul “Pribumisasi Islam”.

Dari Gus Dur saya banyak belajar arti kehidupan. saya kira Gus Dur dikenal oleh banyak kalangan karena peran dan pemikiran-pemikirannya yang luar biasa. Dan pemikiran-pemikirannya itu ia tuangkan dalam bentuk tulisan dan lisan. sehingga gagasan-gagasannya mudah ketahui oleh khlayak ramai.

Dari situlah, saya berkeinginan untuk menulis seperti apa yang beliau lakukan. Saya juga ingin meneruskan pemikiran-pemikirannya tentang kemanusia, demokrasi, dan pluralisme. Meskipun Gus Dur sudah meninggal tahun 2009 silam, tapi nama beliau tetap eksis hingga sekarang. Bahkan setiap tahunnya di seantero Indonesia banyak yang memperingati haulnya. Ini menunjukkan jasa-jasa beliau sangat banyak untuk bangsa Indonesia, sehingga ia dikenang dan dicintai semua kalangan.

Karya-karya beliau juga banyak menjadi rujukan oleh beberapa kalangan untuk dijadikan bahan membuat buku; untuk diskusi dan sebagainya. Dan saya kira, lewat tulisanlah Gus Dur akhinya dikenal dunia dan karya-karyanya menjadi api kehidupan Gus Dur hingga sekarang, meskipun beliau sudah wafat enam tahun silam. Namun beliau seolah-olah masih hidup di tengah masyarakat, karena tulisan-tulisannya yang masih dikaji hingga sekarang.

Itulah yang mengilhami penulis untuk menulis esai sederhana ini “Aku Menulis, Maka Aku Ada” kita akan merasa hidup meskipun kita sudah meninggal dunia; nama kita akan tetap harum meskipun kita sudah tiada; dan karya-karya kita nantinya akan bisa menjadi amal sholih ketika kita sudah tiada. Seperti sebuah hadits mengatakan:

“Apabila anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya”. HR. Muslim.

Dari Hadits di atas, penulis berpandangan bahwa, seseorang yang memiliki karya-karya yang masih dikaji hingga sekarang, meskipun orangnya sudah meninggal dunia. maka seseorang tersebut mendapat amal salih dari ‘ilmu yang dimanfaatkan’ yang disebutkan hadits di atas.

Disamping itu, melalui tulisan dan karya-karya, kita bisa menunjukkan eksistensi kita dihadapan orang banyak. Sehingga kiprah kita dihadapan orang banyak diakui keberadaanya. Apalagi kita sebagai mahasiswa yang memang hampir setiap hari berkutat pada tugas dan tugas. Terlebih lagi tugas tersebut kebanyakan soal bidang tulis menulis. maka sudah sayogyanya kita sebagai mahasiswa harus pandai dalam dunia tulis menulis. Karena untuk mendapatkan gelar sarjana kelak, kita juga harus menulis skripsi untuk menjadi syarat lulus strata satu di perguruan tinggi.

Apabila kita sudah terbiasa menulis dari sekarang, maka kita akan lebih mudah membuat tugas maupun skripsi dikemudian hari. Tidak hanya itu saja, kita juga bisa memanfaatkan banyak peluang untuk memperoleh finansial, nama besar, dll.

Kita sebagai mahasiswa bisa menulis gagasan-gagasan yang kita miliki dalam bentuk tulisan, kita bisa kirim ke media online, cetak dsb. Seperti Majalah, Jurnal, Koran, web, dll. Apabila kita sering menulis di media-media tersebut kita akan dikenal oleh public dan diakui keberadaanya. Inilah yang penulis maksud “Aku Menulis, Maka Aku Ada” disamping mendapat nama besar, kita juga bisa mendapatkan finansial dari karya-karya kita yang dimuat di media online maupun cetak.

Itulah sedikit esai penulis yang masih amatiran ini, semoga esai ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun orang lain. Dan penulis minta maaf apabila ada salah kata atau penulisan yang masih salah. Karena manusia memang tidak luput dari salah maupun khilaf. Penulis juga minta kritikan untuk dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan penulisan. Terima kasih sudah membaca tulisan ini. salam.

Penulis Merupakan Peneliti Paradigma Institute Kudus

Ratusan Calon Mahasisswa STAIN Kudus Mengikuti Bimtes HMI


KUDUS – Ratusan calon mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus mengikuti kegiatan Bimbingan Tes (Bimtes) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Kudus pada ahad (31/07/2016).

Acara yang berlangsung selama dua hari tersebut diikuti sedikitnya 800 peserta yag terdiri dari dua gelombang, pada gelobang pertama pada hari ahad (31/07/2016) diikuti sebanyak 410 peserta, dan gelombang dua ialah sisanya.

Ketua Panitia, Andi Setyo Budi mengatakan kegiatan bimtes tersebut merupakan kegiatan tahunan yang sudah dilakukan HMI beberapa tahun terakhir. “Tujuannya agar peserta bimtes ini bisa diterima di stain kudus” ujarnya

Lebih lanjut mahasiswa semester lima ini menjelaskan, dengan adanya bimtes ini, kami berharap para peserta nantinya bisa mengerjakan soal tes dengan baik.

“Agar peserta itu paham dengan materi-materi yang disampaikan pemateri, agar nantinya para peserta mudah dalam mengerjakan soal-soal saat ujian,” tambahnya

Mahasiswa jurusan usuludhin program study ilmu akidah berpesan agar para peserta apabila nantinya tidak diterima di STAIN Kudus sesuai dengan pilihan pertama, agar dapat tetap semangat untuk melanjutkan kuliah.

“Terus belajar, semangat, pantang menyerah dan diiringi berdo’a. Apabila memang tidak diterima di stain kudus sesuai pilihan, jangan berkecil hati tetap semangat. Karena dari semangat itu sendiri akan membuah hasil yang sangat maksimal” pungkasnya.

Sejumlah Panitia Ikuti PKL, OPAK STAIN Kudus Tetap Lancar


KUDUS – Sejumlah panitia Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) tak bisa lanjutkan tugas. Sebab mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) ke Bali. Namun, hal tersebut tak menjadikan OPAK terkendala. Senin, (15/8).

Hari kedua pelaksanaan OPAK bersamaan dengan keberangkatan mahasiswa Jurusan Tarbiyah PKL untuk gelombang kedua. Setelah sebelumnya, dua hari gelombang pertama telah selesai dari tugas PKL. Keberangkatan peserta PKL tentu saja mengakibatkan berkurangnya panitia pelaksana OPAK. Ketua Panitia Operating Commite (OC), Muhammad Taufiq Noor Aziz, mengungkapkan, terdapat enam panitia yang berangkat ke Bali untuk melaksanakan PKL selama lima hari.

Menyikapi panitia yang berangkat PKL, panitia OPAK sudah mempersiapkan jauh-jauh hari. Panitia juga telah menyiapkan panitia cadangan dari mahasiswa semester tiga dan lima, dengan catatan tidak memiliki tugas PKL. “Beberapa panitia yang ikut PKL sudah ada yang menggantikan, makanya panitia jumlahnya banyak dan ada bantuan dimasing-masing seksi,” katanya. 

Bagi Kholidia, salah seorang panitia OPAK yang berangkat PKL bagian kesekretariatan, untuk menyikapi ketidak hadirannya di tiga hari terakhir OPAK sebagai panitia, dia mengantisipasinya dengan menyelesaikan seluruh tugasnya meskipun sampai larut malam. “Saya pada malam hari sudah menyelesaikan tugas input data, absensi sudah selesai sehingga saya hanya tidur dua jam saja,” tandasnya. (Vina)

Latest Post


JAKARTA – Tidak semua orang bisa memanfaatkan gawai secara positif. Gawai di tangan para pelajar justru menjadi masalah yang serius. Tugas utama belajar yang seharusnya dilakukan pelajar, justru mulai ditinggalkan.

“Lebih sering belajar lewat gawai, daripada lewat buku,” kata Maya (13) siswi SMP 134 Jakarta pada sabtu (18/2). Warga Kedoya Kebun Jeruk Jakarta Barat ini mengaku sehari-hari sering menggunakan waktunya untuk bermain Gawai daripada belajar.

Berdasarkan data yang didapatkan reporter di daerah Kebun Jeruk, Jakarta Barat. para pelajar lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain gawai daripada untuk belajar maupun kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Hal ini dikeluhkan oleh sebagian orang tua di daerah setempat.

Ilham (35), salah seorang warga Kedoya, Kebun Jeruk mengaku prihatin melihat para pelajar sekarang yang lebih suka menggunakan gawai daripada buku bacaan. “Para pelajar menggunakan gawai hanya untuk kesenangan sesaat,” katanya. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Vera (37), seorang ibu rumah tangga yang memiliki putri yang masih duduk di kelas 4 SD. “Iya itu anak saya lebih suka main gawai, dibanding belajar. Ketika saya suruh, dia sering membantah,” keluhnya.

Sementara itu Wakil Ketua Umum PC IPNU Jakarta Selatan M Adam Syah (20) mengkui hal sama, menurutnya kebebasan para pelajar dalam mengakses gawai bisa menimbulkan hal negatif. “Bisa mengakses situs-situs yang bisa dilarang agama maupun Keminfo,” tuturnya. Alifia (14), siswi kelas IX SMP 191 Jakarta juga berpendapat yang sama. Menurutnya banyak prestasi teman-teman kelasnya yang menurun akibat dari terlalu intensifnya bermain smartphone. “Banyak yang nilainya turun, termasuk saya juga,” katanya pada Jumat (17/2).

Tidak hanya itu, dampak gawai juga menimbulkan kesenjangan sosial di kalangan para pelajar. hal ini diungkapkan Salma (12) siswi kelas VI SDN 04 Kedoya. “Kita terkadang main HP sendiri-sendiri saat sedang kumpul dengan teman-teman,” ujarnya. Elma (14) juga mengakui hal yang sama. “Karena keasyikan main HP, jadi kita jarang ngobrol sama teman,” terang siswi kelas VIII SMP 191 Jakarta.

Untuk meminimalisir kejadian tersebut, para narasumber di atas berharap para pelajar ada pengawasan dari pihak orang tua maupun pendidik dalam menggunakan smartphone. Disamping itu perlu juga ada batasan tertentu pelajar boleh menggunakan smartphone miliknya. Sehingga dampak-dampak negatif tersebut bisa dicegah maupun diminimalisir sejak awal. (aa)

KUDUS – Dalam rangka khoul mbah Kerto Joyo Kusumo Hadiningrat (Mbah Brengos), besok hari Sabtu malam (18/10/16) akan diselenggarakan pengajian umum di Desa Setro Kalangan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Jawa Tengah.

Pada kesempatan itu insya’allah akan dihadiri oleh penceramah dari bojonegoro yaitu, KH Anwar Zahid, selain itu juga insya’allah dihadiri Asfal Maula (Gus Apang) dan diiringi rebana Al-Muhibbin. Acara insya’allah dimulai bakdal isya’.

KUDUS – Tidak seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, Unik Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Racana STAIN Kudus tahun ini menampilkan suguhan yang menarik dalam Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK) 2016 pada selasa siang (16/8) di Gor STAIN Kudus, Jawa Tengah.

Hal ini diilhami oleh Ibnu Suaib salah satu mahasiswa baru STAIN Kudus. “Sangat menarik, karena saya dari dulu memang backgroundnya sejak di sekolah mengikuti pramuka,” ujar mahasiswa asal Kabupaten Demak ini.

Lebih lanjut mahasiswa jurusan tarbiyyah ini mengaku sangat senang setelah penampilan dari kegiatan UKM Pramuka. Karena bisa mengobati rasa jenuh setelah seharian mendengarkan pengenalan dari beberapa UKM.

“Masalahnya kan tadi kelihatan temen-temen semunya lemas, lelah. terus ada gairah kembali setelah kakak-kakak dari pramuka mengajak bernyanyi,” ujar alumnus SMA Islam Raudlatut Tholibin Demak.

Tak berbeda jauh dengan pernyataan Ibnu Suaib, Nova khoirotun Nisa’ juga cukup merasa terhibur dengan penampilan UKM Pramuka. Namun menurut nova hiburan dari UKM Pramuka tadi terlalu lama. “Ya memberi semangat juga, tapi ada juga yang membosankan. Karena waktunya terlalu lama,” Ujar Mahasiswi Jurusan Ushuludhin ini.

Sementara itu, M Luthfi salah satu anggota UKM Pramuka menjelaskan penampilan dari UKM Pramuka tadi merupakan perpaduan konsep dari bebebrapa ide dari anggota dan pengurus UKM Pramuka. “Konsep itu aslinya ada banyak, tapi akhirnya bisa dijadikan satu,” Ujar Mahasiwa Jurusan Tarbiyyah ini.

Lebih lanjut Mahasiswa Sementer lima ini mengaku, penampilan UKM Pramuka ini merupakan penampilan yang baru, yang belum pernah disajikan oleh sebelumnya. “Penampilan tadi adalah sebuah persembahan yang unik, yang mana sebelumnya belum pernah disuguhkan oleh UKM Pramuka,” Ujar Anggota Brigadir Khusus ini.

Luthfi mengaku, tahun yang akan datang penampilan dari UKM Pramuka akan mencoba dengan penampilan yang baru lagi. “Mungkin tahun depan, penampilan UKK dari kami akan semakin unik lagi. Karena tadi memang terbatas oleh waktu,” jelasnya.

Saat disinggung mengenai tujuan dari penampilan unik yang ditampilkan sebelum menaiki panggung dan saat mengajak mahasiswa baru menyanyi dan senam bersama tersebut, luthfi mengaku merupakan bentuk kreatifitas dari pihaknya untuk membuat mahasiswa baru tertarik. “Tujuan pertama adalah memang untuk menarik perhatian peserta, yang kedua memang konsep itu belum pernah ada, dan alhamdulillah tadi pecah (sukses, red),” tandasnya.

KUDUS – Seiring dengan bertambahnya mahasiswa setiap tahunnya membuat lahan parkir di Kampus Sekolah Tnggi Agama Islam Negeri Kudus menjadi berkurang. Hal ini dibenarkan oleh salah satu petugas keamanan kampus setempat.

“Ya, memang perlu adanya tempat parkir yang memadai, biar tertata dengan rapi” katanya pada sabtu (19/3/2016) di Kampus STAIN Kudus.

Petugas keamanan yang enggan disebutkan namanya ini membenarkan jika memang banyak yang melanggar aturan parkir.

“Mau gimana lagi, memang tidak adanya lahan, ya parkirnya di jalan yang seharusnya bukan tempat parkir,” ungkapnya.

Menurutnya, setiap hari senin sampai jumuah parkir di kampus STAIN Kudus selalu ramai. “Setiap hari ramai terus parkirnya, meskipun hari kamis dan jumu’ah ada mahasiswa non-reguler,” terangnya.

Saat ditanya soal mahasiswa yang sering melanggar peraturan. Ia mengaku kesal dengan ulah mahasiswa yang sering lupa mengambil kontak motornya. “Setiap hari pasti ada” tegasnya.

Oleh: Yusrul Wafa

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi kalau dia tidak menulis, dia akan hilang dari peradapan” Pramoedya Ananta Toer

Inilah penggalan pernyataan penulis terkenal Indonesia yang karya-karyanya sudah di dunia, saya kira maksud dari tulisan tersebut ialah seseorang boleh pintar, cerdas setinggi-tingginya, tetapi bila ia tidak menulis maka dia akan hilang di telan zaman. Karena ia tidak meninggalkan bekas/karya yang nantinya dikaji atau diketaui oleh generasi selanjutnya.

Mengawali tulisan saya tentang tema yang diangkat LPM PARADIGMA “Mengapa Saya Menulis?” Saya mengambil judul “Aku Menulis, Maka Aku Ada” Sengaja saya mengambil judul itu untuk membuktikan kepada semua orang bahwa lewat tulisan atau karya, saya diakui keberadaanya. Tidak termarjinalkan oleh kaum elit.

Menulis pada dasarnya kegiatan yang sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua orang. namun hanya sedikit orang yang mau melakukan kegiatan menulis yang sistematis dan konsisiten ini. karena memang kegiatan menulis butuh kemauan dan pengetahuan yang cukup. Seseorang akan mudah menulis kalau dia mempunyai keinginan menulis dan pengetahuan yang cukup. sehingga ketika ia akan menulis, dalam benaknya sudah tertanam ide-ide apa yang akan ia tuangkan dalam sebuah karya tulis.

Pertama kali saya tertarik dalam dunia tulis menulis itu sejak kelas IX MTs, setelah mengikuti kegiatan Training Pers Jurnalistik yang diadakan oleh Pengurus Osis sekolahan saya dulu. Saya masih ingat pemateri yang memberikan pesan kepadaku waktu itu, kurang lebih bunyinya seperti ini.

“Kalau kamu bukan anak orang kaya, bukan anak raja, priai, maka menulislah” Imam Al-Ghozali

Dari ucapan pemateri itulah waktu itu saya mulai seperti mendapat anugrah dari Allah untuk menggeluti dunia tulis menulis. Karena apa? sebuah makholah dari Imam Al-Ghozali itu hampir mirip seperti yang saya alami. Saya bukan anak orang kaya, bukan anak priai, raja, dsb. Saya Cuma anak buruh tani yang sehari-harinya berkutat pada sawah dan sawah.

Sejak usai mengikuti kegiatan itulah saya lebih suka membaca dan menulis, terutama membaca tulisan-tulisan para tokoh-tokoh terkenal Indonesia, dan juga sedikit-sedikit menulis. Namun satu tokoh yang menjadi idola saya menulis dan inspirasi saya ialah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saya banyak membaca tulisan-tulisannya lewat media online maupun buku tentangnya. Tulisan Beliau yang saya suka yakni berjudul “Pribumisasi Islam”.

Dari Gus Dur saya banyak belajar arti kehidupan. saya kira Gus Dur dikenal oleh banyak kalangan karena peran dan pemikiran-pemikirannya yang luar biasa. Dan pemikiran-pemikirannya itu ia tuangkan dalam bentuk tulisan dan lisan. sehingga gagasan-gagasannya mudah ketahui oleh khlayak ramai.

Dari situlah, saya berkeinginan untuk menulis seperti apa yang beliau lakukan. Saya juga ingin meneruskan pemikiran-pemikirannya tentang kemanusia, demokrasi, dan pluralisme. Meskipun Gus Dur sudah meninggal tahun 2009 silam, tapi nama beliau tetap eksis hingga sekarang. Bahkan setiap tahunnya di seantero Indonesia banyak yang memperingati haulnya. Ini menunjukkan jasa-jasa beliau sangat banyak untuk bangsa Indonesia, sehingga ia dikenang dan dicintai semua kalangan.

Karya-karya beliau juga banyak menjadi rujukan oleh beberapa kalangan untuk dijadikan bahan membuat buku; untuk diskusi dan sebagainya. Dan saya kira, lewat tulisanlah Gus Dur akhinya dikenal dunia dan karya-karyanya menjadi api kehidupan Gus Dur hingga sekarang, meskipun beliau sudah wafat enam tahun silam. Namun beliau seolah-olah masih hidup di tengah masyarakat, karena tulisan-tulisannya yang masih dikaji hingga sekarang.

Itulah yang mengilhami penulis untuk menulis esai sederhana ini “Aku Menulis, Maka Aku Ada” kita akan merasa hidup meskipun kita sudah meninggal dunia; nama kita akan tetap harum meskipun kita sudah tiada; dan karya-karya kita nantinya akan bisa menjadi amal sholih ketika kita sudah tiada. Seperti sebuah hadits mengatakan:

“Apabila anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya”. HR. Muslim.

Dari Hadits di atas, penulis berpandangan bahwa, seseorang yang memiliki karya-karya yang masih dikaji hingga sekarang, meskipun orangnya sudah meninggal dunia. maka seseorang tersebut mendapat amal salih dari ‘ilmu yang dimanfaatkan’ yang disebutkan hadits di atas.

Disamping itu, melalui tulisan dan karya-karya, kita bisa menunjukkan eksistensi kita dihadapan orang banyak. Sehingga kiprah kita dihadapan orang banyak diakui keberadaanya. Apalagi kita sebagai mahasiswa yang memang hampir setiap hari berkutat pada tugas dan tugas. Terlebih lagi tugas tersebut kebanyakan soal bidang tulis menulis. maka sudah sayogyanya kita sebagai mahasiswa harus pandai dalam dunia tulis menulis. Karena untuk mendapatkan gelar sarjana kelak, kita juga harus menulis skripsi untuk menjadi syarat lulus strata satu di perguruan tinggi.

Apabila kita sudah terbiasa menulis dari sekarang, maka kita akan lebih mudah membuat tugas maupun skripsi dikemudian hari. Tidak hanya itu saja, kita juga bisa memanfaatkan banyak peluang untuk memperoleh finansial, nama besar, dll.

Kita sebagai mahasiswa bisa menulis gagasan-gagasan yang kita miliki dalam bentuk tulisan, kita bisa kirim ke media online, cetak dsb. Seperti Majalah, Jurnal, Koran, web, dll. Apabila kita sering menulis di media-media tersebut kita akan dikenal oleh public dan diakui keberadaanya. Inilah yang penulis maksud “Aku Menulis, Maka Aku Ada” disamping mendapat nama besar, kita juga bisa mendapatkan finansial dari karya-karya kita yang dimuat di media online maupun cetak.

Itulah sedikit esai penulis yang masih amatiran ini, semoga esai ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun orang lain. Dan penulis minta maaf apabila ada salah kata atau penulisan yang masih salah. Karena manusia memang tidak luput dari salah maupun khilaf. Penulis juga minta kritikan untuk dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan penulisan. Terima kasih sudah membaca tulisan ini. salam.

Penulis Merupakan Peneliti Paradigma Institute Kudus

KUDUS – Ratusan calon mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus mengikuti kegiatan Bimbingan Tes (Bimtes) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Kudus pada ahad (31/07/2016).

Acara yang berlangsung selama dua hari tersebut diikuti sedikitnya 800 peserta yag terdiri dari dua gelombang, pada gelobang pertama pada hari ahad (31/07/2016) diikuti sebanyak 410 peserta, dan gelombang dua ialah sisanya.

Ketua Panitia, Andi Setyo Budi mengatakan kegiatan bimtes tersebut merupakan kegiatan tahunan yang sudah dilakukan HMI beberapa tahun terakhir. “Tujuannya agar peserta bimtes ini bisa diterima di stain kudus” ujarnya

Lebih lanjut mahasiswa semester lima ini menjelaskan, dengan adanya bimtes ini, kami berharap para peserta nantinya bisa mengerjakan soal tes dengan baik.

“Agar peserta itu paham dengan materi-materi yang disampaikan pemateri, agar nantinya para peserta mudah dalam mengerjakan soal-soal saat ujian,” tambahnya

Mahasiswa jurusan usuludhin program study ilmu akidah berpesan agar para peserta apabila nantinya tidak diterima di STAIN Kudus sesuai dengan pilihan pertama, agar dapat tetap semangat untuk melanjutkan kuliah.

“Terus belajar, semangat, pantang menyerah dan diiringi berdo’a. Apabila memang tidak diterima di stain kudus sesuai pilihan, jangan berkecil hati tetap semangat. Karena dari semangat itu sendiri akan membuah hasil yang sangat maksimal” pungkasnya.

KUDUS – Sejumlah panitia Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) tak bisa lanjutkan tugas. Sebab mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) ke Bali. Namun, hal tersebut tak menjadikan OPAK terkendala. Senin, (15/8).

Hari kedua pelaksanaan OPAK bersamaan dengan keberangkatan mahasiswa Jurusan Tarbiyah PKL untuk gelombang kedua. Setelah sebelumnya, dua hari gelombang pertama telah selesai dari tugas PKL. Keberangkatan peserta PKL tentu saja mengakibatkan berkurangnya panitia pelaksana OPAK. Ketua Panitia Operating Commite (OC), Muhammad Taufiq Noor Aziz, mengungkapkan, terdapat enam panitia yang berangkat ke Bali untuk melaksanakan PKL selama lima hari.

Menyikapi panitia yang berangkat PKL, panitia OPAK sudah mempersiapkan jauh-jauh hari. Panitia juga telah menyiapkan panitia cadangan dari mahasiswa semester tiga dan lima, dengan catatan tidak memiliki tugas PKL. “Beberapa panitia yang ikut PKL sudah ada yang menggantikan, makanya panitia jumlahnya banyak dan ada bantuan dimasing-masing seksi,” katanya. 

Bagi Kholidia, salah seorang panitia OPAK yang berangkat PKL bagian kesekretariatan, untuk menyikapi ketidak hadirannya di tiga hari terakhir OPAK sebagai panitia, dia mengantisipasinya dengan menyelesaikan seluruh tugasnya meskipun sampai larut malam. “Saya pada malam hari sudah menyelesaikan tugas input data, absensi sudah selesai sehingga saya hanya tidur dua jam saja,” tandasnya. (Vina)