Selasa, 21 Februari 2017

Dampak Gawai Bagi Pelajar


JAKARTA – Tidak semua orang bisa memanfaatkan gawai secara positif. Gawai di tangan para pelajar justru menjadi masalah yang serius. Tugas utama belajar yang seharusnya dilakukan pelajar, justru mulai ditinggalkan.

“Lebih sering belajar lewat gawai, daripada lewat buku,” kata Maya (13) siswi SMP 134 Jakarta pada sabtu (18/2). Warga Kedoya Kebun Jeruk Jakarta Barat ini mengaku sehari-hari sering menggunakan waktunya untuk bermain Gawai daripada belajar.

Berdasarkan data yang didapatkan reporter di daerah Kebun Jeruk, Jakarta Barat. para pelajar lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain gawai daripada untuk belajar maupun kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Hal ini dikeluhkan oleh sebagian orang tua di daerah setempat.

Ilham (35), salah seorang warga Kedoya, Kebun Jeruk mengaku prihatin melihat para pelajar sekarang yang lebih suka menggunakan gawai daripada buku bacaan. “Para pelajar menggunakan gawai hanya untuk kesenangan sesaat,” katanya. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Vera (37), seorang ibu rumah tangga yang memiliki putri yang masih duduk di kelas 4 SD. “Iya itu anak saya lebih suka main gawai, dibanding belajar. Ketika saya suruh, dia sering membantah,” keluhnya.

Sementara itu Wakil Ketua Umum PC IPNU Jakarta Selatan M Adam Syah (20) mengkui hal sama, menurutnya kebebasan para pelajar dalam mengakses gawai bisa menimbulkan hal negatif. “Bisa mengakses situs-situs yang bisa dilarang agama maupun Keminfo,” tuturnya. Alifia (14), siswi kelas IX SMP 191 Jakarta juga berpendapat yang sama. Menurutnya banyak prestasi teman-teman kelasnya yang menurun akibat dari terlalu intensifnya bermain smartphone. “Banyak yang nilainya turun, termasuk saya juga,” katanya pada Jumat (17/2).

Tidak hanya itu, dampak gawai juga menimbulkan kesenjangan sosial di kalangan para pelajar. hal ini diungkapkan Salma (12) siswi kelas VI SDN 04 Kedoya. “Kita terkadang main HP sendiri-sendiri saat sedang kumpul dengan teman-teman,” ujarnya. Elma (14) juga mengakui hal yang sama. “Karena keasyikan main HP, jadi kita jarang ngobrol sama teman,” terang siswi kelas VIII SMP 191 Jakarta.

Untuk meminimalisir kejadian tersebut, para narasumber di atas berharap para pelajar ada pengawasan dari pihak orang tua maupun pendidik dalam menggunakan smartphone. Disamping itu perlu juga ada batasan tertentu pelajar boleh menggunakan smartphone miliknya. Sehingga dampak-dampak negatif tersebut bisa dicegah maupun diminimalisir sejak awal. (aa)

Tidak ada komentar:
Write komentar

/ / Dampak Gawai Bagi Pelajar


JAKARTA – Tidak semua orang bisa memanfaatkan gawai secara positif. Gawai di tangan para pelajar justru menjadi masalah yang serius. Tugas utama belajar yang seharusnya dilakukan pelajar, justru mulai ditinggalkan.

“Lebih sering belajar lewat gawai, daripada lewat buku,” kata Maya (13) siswi SMP 134 Jakarta pada sabtu (18/2). Warga Kedoya Kebun Jeruk Jakarta Barat ini mengaku sehari-hari sering menggunakan waktunya untuk bermain Gawai daripada belajar.

Berdasarkan data yang didapatkan reporter di daerah Kebun Jeruk, Jakarta Barat. para pelajar lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain gawai daripada untuk belajar maupun kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Hal ini dikeluhkan oleh sebagian orang tua di daerah setempat.

Ilham (35), salah seorang warga Kedoya, Kebun Jeruk mengaku prihatin melihat para pelajar sekarang yang lebih suka menggunakan gawai daripada buku bacaan. “Para pelajar menggunakan gawai hanya untuk kesenangan sesaat,” katanya. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Vera (37), seorang ibu rumah tangga yang memiliki putri yang masih duduk di kelas 4 SD. “Iya itu anak saya lebih suka main gawai, dibanding belajar. Ketika saya suruh, dia sering membantah,” keluhnya.

Sementara itu Wakil Ketua Umum PC IPNU Jakarta Selatan M Adam Syah (20) mengkui hal sama, menurutnya kebebasan para pelajar dalam mengakses gawai bisa menimbulkan hal negatif. “Bisa mengakses situs-situs yang bisa dilarang agama maupun Keminfo,” tuturnya. Alifia (14), siswi kelas IX SMP 191 Jakarta juga berpendapat yang sama. Menurutnya banyak prestasi teman-teman kelasnya yang menurun akibat dari terlalu intensifnya bermain smartphone. “Banyak yang nilainya turun, termasuk saya juga,” katanya pada Jumat (17/2).

Tidak hanya itu, dampak gawai juga menimbulkan kesenjangan sosial di kalangan para pelajar. hal ini diungkapkan Salma (12) siswi kelas VI SDN 04 Kedoya. “Kita terkadang main HP sendiri-sendiri saat sedang kumpul dengan teman-teman,” ujarnya. Elma (14) juga mengakui hal yang sama. “Karena keasyikan main HP, jadi kita jarang ngobrol sama teman,” terang siswi kelas VIII SMP 191 Jakarta.

Untuk meminimalisir kejadian tersebut, para narasumber di atas berharap para pelajar ada pengawasan dari pihak orang tua maupun pendidik dalam menggunakan smartphone. Disamping itu perlu juga ada batasan tertentu pelajar boleh menggunakan smartphone miliknya. Sehingga dampak-dampak negatif tersebut bisa dicegah maupun diminimalisir sejak awal. (aa)

«
Next

This is the most recent post.

»
Previous

Posting Lama

About sekitar muria

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

Tidak ada komentar :

Leave a Reply